Keresahan yang dirasakan oleh Spearo Aceh khususnya Banda Aceh dan Aceh besar semakin menjadi-jadi disebabkan oleh bertambahnya area pelarangan yang dilakukan oleh (oknum) masyarakat pesisir. Pelarangan yang terbaru terjadi di wilayah Ujung Pancu, Aceh Besar. Belum diketahui dalang pelarangannya siapa, tapi harus segera dicari tau alasan pelarangan dan dibenahi bersama-sama. Karena kasian spearo yang berasal dari Ulee kareng, Blang Bintang, Darussalam, Keutapang, dan desa lainnya yang di tempat mereka gak ada laut. Dimana mereka harus menyelam untuk mencari nafkah? Dan kalo memang peraturan ini resmi dari perangkat desa, apakah mau bertindak fair dengan cara nelayan pancu cuma boleh mencari nafkah di seputaran laut Ujung Pancu saja? Karena orang luar Pancu tidak boleh menyelam di laut wilayah Pancu, harusnya Nelayan selam pancu jangan menyelam di wilayah selain pancu. Kalau setuju dengan keputusan itu, kita buat hitam di atas putih dan bermaterai. kita juga sepakati hukuman yang diberikan jika melanggar. Makin ribet kan???
Disebabkan oleh keresahan diatas, banyak spearo dari luar ujung pancu melakukan diskusi tentang hal ini. Diskusi yang menuntut akan sebuah solusi berhasil diadakan di Fadlon Kupi pada malam Senin 23 September 2022. Diskusi ini juga dihadiri oleh Pak Dahlan Zainal Abidin (Ketua harian Possi), Dari Polairud ada Pak Risnan Aldino dan Pak Rahmat, serta Bang Boy perwakilan dari Dinas Pariwisata. Yang menjadi moderator adalah Bang Hendrik (kemudian digantikan oleh saya karena Bang Hendrik harus berangkat keluar kota)
Sebagai seorang instruktur selam, Pak Dahlan memulai pembicaraan dengan menjelaskan tentang metode selam, Scuba, freedive, dan penyelam kompressor. Scuba dan selam kompressor sama-sama memiliki resiko decompressi sickness yang mana jika penyelam tak mengikuti aturan-aturan selam bisa menjadikan nitrogen menggelembung dalam darah dan menyebabkan kelumpuhan (freedive tidak memiliki resiko deco separah scuba dan kompressor. resiko deco tetap ada di freedive dilihat dari interval selam dan istirahat di permukaan). Pak dahlan juga menjelaskan tentang bahayanya penyelaman kompressor yang tidak paham tabel selam dan menggunakan mesin dan oli tidak standar. Pak Dahlan juga menyarankan spearo, nelayan bersinergi dengan pemerintah untuk membuat rumpon sepagai tempat hunting dan memancing baru. serta ikut aktif dalam menjaga karang pesisir agar ikan-ikan kembali merapat ke laut dangkal di pesisir. "Harapan kita dengan terawatnya terumbu karang, ikan kecil ada disitu, ikan sedang datang, ikan besar juga ikut datang" lanjut pak Dahlan.
Bang Boy dari Dinas Pariwisata Banda Aceh memaparkan tentang potensi wisata dan paket wisata selam di Aceh, walaupun ada beberapa hal yang disayangkan dengan sikap kita dalam menjaga karang sehingga membuat terumbu karang semakin rusak berimbas pada nilai pariwisata bahari kita yang akan semakin menurun. Dan Bang boy menambahkan bahwa pemerintah (dalam hal ini dinas pariwisata) akan bersinergi dengan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan yang menunjang pariwisata. Ketika saya menjadi moderator acara, saya juga menyampaikan ke pihak pariwisata kalo tim sudah pernah membawa wisatawan manca negara untuk melakukan spearfishing di perairan Aceh Besar, hal itu sudah terjadi beberapa kali. Harapan kami, pemerintah bisa membangun pulo aceh dan menjadikan salahsatu desa sebagai desa wisata spearfishing.Selanjutnya dengan 2 perwakilan dari polairud, diskusi berjalan cukup hangat dan beberapa kali terjadi adu gagasan dan menghasilkan beberapa rencana yang diharapkan bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi spearo. Diantara solusi yang muncul dalam diskusi adalah "sikap", yang mana spearo harus memperhatikan sikap saat berburu di perairan yang ada di desa orang (banyak laporan yang kami terima bahwa beberapa spearo datang ke pemukiman pesisir dengan arogan, gak ada kum, gak ada lam, alias tanpa salam tegur sapa main lewat aja). Mari lakukan pendekatan dengan warga, sapa dan kenalan dengan mereka, ngopi bareng. Wujudkan simbiosis mutualisme misalnya menjual sebagian ikan ke warga atau agen setempat kalau memang ikannya direncanakan untuk dijual (yaaa walopun harganya lebih murah tapi tak apa lah). Atopun kalo lagi banyak tangkapan, berikan saja sebagian kecil ikan ke warga yang melintas ditempat kita melakukan spearfishing. Hal lainnya adalah kita bisa mengadakan kegiatan hunting amal membuat acara kenduri kecil-kecilan untuk anak yatim kampung setempat atau untuk pesantren di tempat tersebut. Atau mengadakan pelatihan dan diskusi kecil dengan spearo setempat agar mereka mendapatkan ilmu dari teman-teman yang sudah bersertifikasi selam bebas (freedive) sehingga mereka bisa bekerja lebih optimal di laut. Harapannya semoga Allah memberikan segala kebaikan untuk kita dan dengan iradah Allah, warga setempat menerima kehadiran kita sebagai bagian dari mereka sehingga tidak ada lagi pelarangan selam bagi spearo aceh.
Ada juga yang menyarankan agar spearo memiliki satu badan hukum sehingga mudah mendapatkan akses ke pemerintahan dan bisa terlibat dalam berbagai kegiatan. Hal ini adalah sangat bagus dan akan kita diskusikan lagi dengan beberapa komunitas spearo aceh.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, Saya mengaja kita semua untuk bersyukur kepada Allah Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Kuasa. Terimakasih kita ucapkan kepada para undangan yang telah hadir memberikan wawasan serta bersedia mendengarkan keluh kesah. Terimakasih untuk kita semua yang meluangkan waktu, tenaga, dana untuk mensukseskan acara diskusi ini. Mungkin jawaban yang didapatkan belum memuaskan kita dalam melaksanakan kegiatan spearfishing kedepannya, tapi dengan solusi yang kita dapatkan bisa membantu permudah urusan kita cepat atau lambat. Insyaallah.
Kritik dan saran serta masukan silahkan tambahkan di kolom komentar!
Artikel lain yang berkaitan dengan spearo bisa dibaca dibawah ini:
- Spearophobia 1
- Spearophobia 2
- Konflik dan Peraturan Tak Tertulis Antara Pemancing dan Spearo
- Aturan dan Etika Spearo 1
- Aturan dan Etika Spearo 2
Posting Komentar untuk "Pelarangan Kegiatan Spearfishing Semakin Meluas, Spearo Aceh Rapatkan Barisan"